Tolong.

   


     Hai! Kamu apa kabar?     


Kalau aku masih sama seperti dulu, tetap terkurung dalam kisah lelaki kecil yang sekarang tak bisa dibilang kecil lagi bukan?
(jangan khawatir, ingatan itu hanya datang sesekali dan tak serutinitas dulu.)

Disaat hujan mulai berhenti gugur bersama derasnya.
Disaat letih akan rutinitas lalu meratap biru.
     Seperti itu, lelaki kecil berlarian gemuruh mengetuk ingatanku.
Dan seketika membuatku bersemangat melanjutkan segalanya.
                                                        (Thanks to you! hehehe)

Tapi entahlah, kisah lelaki kecil belakangan ini tetap tak bisa membuatku bersemangat lagi.
         "Apa yang salah denganku?"
Sejak dulu kamu selalu menjadi tujuan terfavoritku untuk menggapai akhir.
Akupun slalu berhasil melakukan dengan baik karenamu.
Berulang kali aku slalu menyemangati diriku.
     "Sebentar lagi, tunggu sedikit lagi. Semuanya akan kembali seperti dulu"
     "Ragamu sudah berusaha dengan baik, tunggu saja kelak dia pasti akan ingat kamu lagi"

Sudah seperti obat keseharian di awal hariku.
Mungkin obat itu sudah resisten untukku hingga tak terasa.     

Bahkan tahun lalu dihari ulang tahunmu pun, aku sudah tak lagi mencari berita tentang kamu seperti dulu.
       "Kamu tidak lupa sesuatu? Setiap tahun kamu selalu antusias ditanggal ini karena dia"
Sahabatku bahkan merasa ada yang aneh saat kali ini aku tidak heboh akan hari bahagiamu.
Aku ingat kamu di hari itu, tapi hanya sekedar itu.
Ah kamu pasti bahagia hari itu, dengan teman dan keluargamu
Bernyanyi tiup lilin hingga berlarian  melempar kue. Dan aku pun tersenyum mengingatmu.
Sudah kemajuan untukku sekali bukan?

Aku bahkan takjub dengan diriku yang sudah tak lagi membisu di kamar
Memutar lagu sendu dengan pikiran menerawang ke arah memori itu lagi.

Seketika perasaanku campur aduk
apakah aku harus senang ataukah takut?
Senang karena terlepas dari memori tentang lelaki kecil itu.
Takut akan apa tujuan yang akan aku raih jika nyatanya aku sudah terbiasa menjadikanmu sebagai  tujuan akhirku.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Bahkan aku sudah menganggapmu sebagai memori yang telah usai.
Bukan lagi memori yang harus kulanjutkan lagi disaat aku bertemu kamu nanti.
     "Apa yang akan aku raih kedepan?"
     "Jika aku berhasil nanti, siapa yang akan kutemui?"
 Aku telah usai dengan kamu si lelaki kecil.

Bodohnya aku yang sejak dulu sudah menetapkan akan hidup mengikuti kemanapun kamu pergi.
Bodoh. Dan aku slalu menyadari itu.

Saat ini akupun kembali bertanya tanya.
Oke kita mulai semuanya dari awal kawan,
Tentukan tujuan akhirmu lagi seperti saat kecilmu dulu setelah mengenal si lelaki kecil itu.
Mudah bukan?
     "Apa yang kamu rasakan disaat menyukai sesuatu?"
     "Apa yang kamu rasakan disaat kamu ingin menjadikannya tujuan akhir?"
     "Apa yang kamu rasakan disaat kamu membenci sesuatu?"
Apa kamu bisa melakukannya berulang kali setiap hari jika kamu sudah memutuskan tujuanmu itu?

Aku benci mengatakannya, tapi aku tak merasakan apapun.

Semua hambar di depan mataku saat ini.
Aku tak membenci itu namun tak menyukainya juga.
Tak seburuk itu dan tak semenyenangkan itu.

Aku bahkan lupa rasanya disaat aku tertawa sebahagia bahagianya hingga jatuh ke lubang gelap pun mudah untukku lakukan.
Aku lupa bagaimana dengan semangatnya aku menginjakkan kaki di depan gerbang sekolah tersenyum bahagia dan sangat siap menjalani hari.
Aku lupa bagaimana perasaan ini bergemuruh keras hingga tangan dan kakiku pun sedingin es namun
rasanya sangat menyenangkan karena melakukan hal yang kusuka.

Aku lupa. Sebegitu lupanya hingga tak bisa memutuskan hal apa yang kusuka.
Se simple itu, dan se menyedihkan itu.

Di sisi lain telah terbebas darimu, namun di sisi lain terasa sangat kosong dan hampa.


Sekali saja, beritahu aku.
Apa yang harus kulakukan sekarang?



             
                                                                                                               (3:15 pm) Saturday, 2 Dec 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alka Story :)

Little Boy

Tunggu Aku!